CATATAN KELAM SEORANG INTOVERT
Kehidupan terus berjalan, muda akan menua, yang kuat akan lapuk pada saatnya, tapi ada yang masih kurasa kekal saat ini, tentang rasa, tentang isi hati, tentang sikap yang semua seperti tak berubah, masih terlalu cepat, terlalu lemah aku untuk melewati arus, terlalu manja hidupku ini, takut akan dibenci, takut akan dijauhi bahkan dihujat jika aku berhadapan dan melawan arus.
Semua orang terlihat menyoroti apa yang aku lakukan, dan akupun merasa terlalu baik terhadap semua orang bahkan mungkin tidak adil dengan diriku sendiri yang terus mengorbankan perasaanku, entah aku yang saalah atau mereka yang salah, itu cukup membuatku bingung dan enggan bersosialisasi dengan lingkungan.
Sekarang umur semakin bertambah, akalku selalu tumbuh tertinggal dengan teman sebaya, selalu takut akan berkomunikasi, tetapi keingginan yang begitu besar untuk menjadi sesuatu yang berguna dimasyarakat, keinginan untuk diakui orang tentang keberadaanku selalu mewmbayangiku dan tumbuh sewaktu waktu dan membakar hati ini.
Menjadi anak terakhir dari delapan bersaudara cukup membuatku merasakan pahitnya hidup ini, lahir dari genetik yang tidak memiliki sifat retorika, kurangnya kasih sayang ibu, bahkan kurangnya didikan orang tua selalu membuat aku susah memutuskan sebuah masalah, dicap selalu seperti anak kecil turut membuatku enggan mengungkapkan pendapat bahkan untuk sekedar ngomong pun aku tidak dihirakukan, itu membuat aku semakin ,malas untuk berkomunikasi.
Hidup di daerah lingkungan tertinggal dengan penduduk yang tidak terlalu banyak pada awalnmya kehidupan masa kecilku bahagia karena memiliki tetangga dan teman seperti saudara, namun roda kehidupan selalu berputar dan semua berubah 180 derajat ketika aku tumbuh remaja, tetangga dan teman yang dulunya seperti saudara berubah menjauhi keluargaku, dicap buruk dicap tidak mau bersosialisasi, yang aslinya terjadi adalah masyarakat yang mengisolasi keluargaku. Hal ini sangat mengganggu mentalku yang saat itu masih remaja, aku dipaksa untuk menjadi orang yang introvert oleh keadaan. mau seperti apa sikapku dimata masyarakat akan dicari kesalahaan meski sekecil debu, mungkin juga aku yang terlalu naif menilai keadaan tsb. tapi itu yang benar-benar aku rasakan sampai kini.
Dari keadaan keluarga yang dinilai masyarakat seperti diatas, keluargaku seeperti salah tingkah pada akhirnya, tidak tau lagi apa yang harus diperbuat, mau bagaimanapun akan selalu buruk pada akhirnya, hal ini menyayat hatiku, dan tiba saat yang kelam saat itu yaitu Ayahku tercinta meninggal dunia, aku sudah mulai bekerja saat itu, penyesalan yang tak kunjung hilang karena aku belum sempat memberikan kebahagiaan apapun untuk Ayah yang begitu tulus dan ikhlas jika memberi sesuatu kepada siapapun. tak lama kemudaian Kakek meninggal dunia, tapi penyesalan terhadap meninggalnya Ayahku melekat dan terus tumbuh dihati kakaku yang ke-6 dan sampai akhirnya beliau frustasi dan meninggal dunia (diduga bunuh diri), hal ini adalah hal terkelam dihidupku sampai saat ini, kakak yang paling dekat dengan Ayah dan aku akhirnya mendinggalkanku untuk selamanya.
Semua terjadi amat melukai hatiku, tapi dibalik semua itu aku yakin banyak berbagai hikmah yang dapat ku petik, Walaupun kini aku masih menjadi seseorang yang introvert dan menganggap orang lain menakutkan, Roda kehidupan akan berputar, aku benci menjadi introvert, tapi aku ingin menjadi dirikus sendiri.!!!